Pengaruh Perbedaan Pelarut terhadap Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Tapak Liman (Elephantopus scaber L.)
DOI:
https://doi.org/10.30867/jifs.v3i2.402Keywords:
Daun Tapak Liman, Pelarut, Skrining fitokimiaAbstract
Daun tapak liman dapat dimanfaatkan sebagai antihiperurisemia karena mengandung senyawa metabolit sekunder berupa flavonoid yang diperoleh melalui proses ekstraksi dengan pelarut tertentu. Penggunaan pelarut yang sesuai mempengaruhi hasil penarikan senyawa aktif dalam suatu ekstrak. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh perbedaan jenis pelarut terhadap kandungan senyawa metabolit sekunder daun tapak liman. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode posttest only design. Ekstrak daun tapak liman diperoleh secara maserasi selama 3x24 jam menggunakan pelarut etanol 70%, etil asetat, dan n-Heksan dengan perbandingan 1:6. Filtrat hasil maserat yang telah disaring diuapkan menggunakan waterbath agar menjadi ekstrak kental. Ekstrak kental yang didapat selanjutnya diuji skrining fitokimia meliputi uji alkaloid, fenolik, flavonoid, saponin, tanin, dan terpenoid. Rerata rendemen ekstrak etanol 70% adalah 1,04±0,14%, etil asetat sebesar 1,25±0,08%, dan n-Heksan adalah 1,047±0,07% lebih kecil dari acuan pada Farmakope Herbal Indonesia 2017 untuk ekstrak etanol yaitu ≥5,5%. Hasil uji skrining fitokimia menunjukkan ektrak etanol mengandung flavonoid, tanin, alkaloid, dan steroid. Ekstrak etil asetat mengandung fenolik, alkaloid, dan steroid, sedangkan ekstrak n-heksan mengandung flavonoid dan steroid. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan pelarut dengan kepolaran yang berbeda dapat mempengaruhi keoptimalan penarikan senyawa metabolit sekunder pada uji skrining fitokimia ekstrak daun tapak liman.